Follow us: Subscribe via RSS Feed Connect on YouTube Connect on YouTube

Askep infark miokard akut IMA

askep infark miokard akut IMA
askep infark miokard akut IMA , Infark miokardium merupakan bentuk yang paling penting dari SKA (Kumar,2010). penting adanya askep infark miokard akut IMA karena Menurut data statistik American Heart Association (AHA) 2008, pada tahun 2005 jumlah penderita yang menjalani perawatan medis di Amerika Serikat dengan kasus Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) atau Infark Miokardium Tanpa Elevasi ST (NSTEMI) sebanyak 1,1 juta orang (80%), sedangkan 20% kasus tercatat menderita Infark  Miokardium Dengan Elevasi ST (STEMI) (Rosi Oktarina, 2013).

Pengkajian askep infark miokard akut IMA

Tetapkan penatalaksanaan dasar untuk mendapatkan informasi tentang status terakhir pasien sehingga semua penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui.
1.    Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
    Penyakit pembuluh darah arteri.
    Serangan jantung sebelumnya.
    Riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan jantung positif.
    Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/L).
    Perokok
    Diet tinggi garam dan tinggi lemak.
    Kegemukan.( BB idealTB –100 ± 10 % )
    Wanita pasca menopause karena terapi estrogen.
2.    Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian kardiovaskuler dapat menunjukan :
    Nyeri dada berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat (temuan yang paling penting) sering juga disertai :
•    Perasaan ancaman pingsan dan atau kematian
•    Diaforesis.
•    Mual dan muntah kadang-kadang.
•    Dispneu.
•    Sindrom syok dalam berbagai tingkatan (pucat, dingin, kulit lembab atau basah, turunnya tekanan darah, denyut nadi yang cepat, berkurangnya nadi perifer dan bunyi jantung).
•    Demam (dalam 24 – 48 jam ).
3.    Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
    Faktor perangsang.
    Kualitas.
    Lokasi.
    Beratnya.
4.    Pemeriksaan Diagnostik
    EKG, menyatakan perpindahan segmen ST, gelombang Q, dan perubahan gelombang T.
    Berdasarkan hasil sinar X dada terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru.
    Enzim jantung (Gawlinski, 1989)
•    Kreatinin kinase (CK) – isoenzim MB mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam 18 – 24 jam dan kembali normal antara 3 – 4 hari, tanpa terjadinya neurosis baru.  Enzim CK – MB ssering dijadikan sebagai indikator Infark Miokard.
•    Laktat dehidrogenase (LDH) mulai meningkat dalam 6 – 12 jam, memuncak dalam 3 – 4 hari dan normal 6 –12 hari.
•    Aspartat aminotransferase serum (AST) mulai meningkat dalam 8 – 12 jam dan bertambah pekat dalam 1 – 2 hari.  Enzim ini muncul dengan kerusakan yang hebat dari otot tubuh.
    Test tambahan termasuk pemeriksaan elektrolit serum, lipid serum, urinalisis, analisa gas darah (AGD).

DIAGNOSA KEPERAWATAN pada askep infark miokard akut IMA

1. Gangguan perfusi jaringan
Dapat dihubungkan  dengan : Iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan  pembuluh darah arteri koronaria
Kemungkinan dibuktikan oleh :
    Daerah perifer dingin
    EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
    RR lebih dari 24 x/ menit
    Kapiler refill Lebih dari 3 detik
    Nyeri dada
    Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
    HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
    Nadi lebih dari 100 x/ menit
    Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi  jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.
Kriteria :
Daerah perifer hangat, tak sianosis, gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger, kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100x / menit, TD 120/80 mmHg
Rencana Tindakan :
    Monitor Frekuensi dan irama jantung
    Observasi perubahan  status mental
    Observasi warna  dan suhu kulit / membran mukosa
    Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
    Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
    Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan  Pemberian oksigen

2. Nyeri
Dapat dihubungkan dengan: Iskemia jaringan sekunder terhadap  sumbatan arteri coroner.
Kemungkinan  dibuktikan oleh : nyeri dada dengan atau tanpa penyebaran, wajah meringis, gelisah, delirium  perubahan nadi  TD
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama
Kriteria :
Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1, ekpresi wajah  rileks / tenang, tak tegang , tidak gelisah  nadi 60-100 x / menit, Td 120/ 80 mmHg
Rencana tindakan :
    Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan  rasa nyeri dada  tersebut.
    Anjurkan pada klien  menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
    Bantu klien  melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
    Pertahankan Olsigenasi  dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
    Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
    Kolaborasi  dengan tim kesehatan  dalam pemberian analgetik.

3.    Kemungkinan terhadap kelebihan  volume cairan ekstravaskuler
Faktor resiko meliputi :
Penurunan perfusi ginjal, peningkatan  natrium/ retensi air, peningkatan  tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma ( menyerap cairan  dalam area interstisial/ jaringan )
Kemunkinan dibuktikan oleh : tidak adanya tanda-tanda  dan gejala gejala membuat  diagnosa actual.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan  selama dilakukan tindakan keperawatan selama di RS


Kriteria :
Mempertahankan  keseimbangan cairan seperti dibuktikan  oleh tekanan darah dalam batas normal, tak ada distensi  vena perifer/ vena dan edema  dependen, paru bersih dan  berat badan  ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Perencanaan tindakan :
    Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
    Observasi adanya oedema dependen
    Timbang BB tiap hari
    Pertahankan masukan  total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
    Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan  diuetik.

4. Kerusakan pertukarann gas
Dapat dihubungkan oleh :
Gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran  alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar  edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Dispnea berat, gelisah, sianosis, perubahan GDA, hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas,  tidak gelisah,  GDA dala batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Tindakan :
    Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
    Auskultasi paru untuk  mengetahui penurunan / tidak adanya  bunyi nafas  dan adanya bunyi tambahan missal krakles, ronki dll.
    Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk,  penghisapan lendir dll.
    Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
    Kaji toleransi aktifitas misalnya  keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.

5.    Intoleransi aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Dapat dihubungakan dengan : ketidakseimbangan antar suplai oksigen miocard dan  kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard.
Kemungkinan dibuktikan oeh :
Gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi  pada klien setelah dilaksanakan  tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria : frekuensi jantung  60-100 x/ menit dan TD 120-80 mmHg
Rencana tindakan ::
    Catat frekuensi  jantung, irama,  dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
    Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
    Batasi aktifitas pada dasar nyeri  dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
    Jelaskan pola peningkatan  bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari  kursi bila tidak ada  nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam  setelah mkan.
    Kaji ulang tanda  gangguan yang menunjukan tidak toleran  terhadap aktifitas atau memerlukan  pelaporan pada dokter.

6.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
Dapat dihubungkan dengan :
Kurang  informasi tentang fungsi jantung / implikasi  penyakit jantung  dan status kesehatan  yang akan datang , kebutuhan  perubahan pol hidup.
Kemungkinan dibuktikan oleh :   
Pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi  yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang  kondisi  penyakitnya  menguat setelah diberi  pendidikan kesehatan selam di RS
Kriteria :
    Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan,  tujuan pengobatan & efek samping  / reaksi merugikan
    Menyebutkan gngguan yang memerlukan prhatian cepat.
Tindakan :
    Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program audio/ visual, Tanya jawab dll.
    Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas yang berlebihan,
    Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
    Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja,  rekreasi  aktifitas seksual.

demikian askep infark miokard akut IMA yang dapat kami sampaikan, terimakasih atas kunjungannya di askep infark miokard akut IMA askepdb.blogspot.co.id
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
askepdb.blogspot.com © Copyright 2012. All Rights Reserved.
Created by: George Robinson.
Proudly powered by Blogger.
imagem-logoBack to TOP