Follow us: Subscribe via RSS Feed Connect on YouTube Connect on YouTube

Pelatihan komunikasi dalam keperawatan Public speaking for health

0 comments

Informasi Pelatihan komunikasi dalam keperawatan / Public speaking for health

Pelatihan komunikasi dalam keperawatan
Pelatihan komunikasi dalam keperawatan dengan pengajar yang handal, pelatihan komunikasi dalam perawatan ini penting untuk anda semua yang merupakan perawat

Manfaat  Pelatihan komunikasi dalam keperawatan


diantara manfaat dalam Pelatihan komunikasi dalam keperawatan
  • berani bicara mengemukakan pendapat,
  • dapat menangani komplain dengan cara yang baik dan benar,
  • mampu bicara di depan forum ruangan,
  • bisa mengungkapkan saran tanpa harus membuat tersinggung
dengan Tehnik hypno touch dan NLP disisipkan pastinya bikin lawan bicara tidak berkutik didepan anda

Fasilitas Pelatihan komunikasi dalam keperawatan :

  1. Acara dikemas menarik seh.ngga Boring, ngantuk. akan hilang
  2. Panitia dan fas,litator yang kompak melayani dan memfasilitasi kebutuhan peserta
  3. 3 Pemateri LUAR BIASA yg sup menginspirasi peserta, begaiman. care menedi public speaker yg handal
  4. Sertifikat INC
  5. 2 SKP PPNI
  6. CertifIed kompetensi C.PSH dart INC
  7. Door Prize
  8. Pernilehan peserta terbaik
  9. Goody Bag
  10. handout den Materi
  11. Photoboot ssseon
  12. Sticker den pin keren INC
  13. Pen exiusive PSH
  14. Bonus Materi MOCIVeSI. Music, video. sebanyak 2 GegA
  15. Konsumsi dan Snack
  16. Coffe break
  17. Hypnomotivasi Messal
  18. Berkesempeten menpade Anggota INC
  19. Voucher INC
  20. tempat pelatuhen yang nyamen full AC
  21. Member INC
  22. Discount 10% untuk pemegang kartu INC
  23. Discount 10% untuk mahasiswa berprestasi (IPK > 3.5)
  24. Free 1 tiket unt.uk 10 orng pendafter
  25. tergabung dalam Tim PSH
Biaya pelatihan komunikasi dalam perawatan


Mahasiswa Rp. 550.000 Umum Rp. 600.000 

Tempat dan waktu komunikasi dalam perawatan 

tempat di universitas indonesia
waktu : tgl 20 Desember 2015

Contact person pelatihan komunikasi dalam perawatan

Info Kontak: 085110303070
No WA : 085110303070
PIN BB : 54A5F9A1

bagi anda yang berminat mengikuti pelatihan komunikasi dalam perawatan, anda dapat menghubungi kontak diatas, semoga bermanfaat
Continue reading >>

PELATIHAN HIPNOTHERAPI KOTA MALANG DESEMBER 2015

0 comments
PELATIHAN HIPNOTHERAPI
PELATIHAN HIPNOTHERAPI KOTA MALANG
Hypnotherapy Fundamental (CH) & Hypnotherapy Advanced (CHt):

Pelatihan hipnotherapi ini akan mengajarkan peserta untuk dapat memahami konsep dan mekanisme Hypnotherapy Fundamental & Hypnotherapy Advanced. Target peserta setelah mengikuti Pelatihan hipnotherapi ini adalah dapat melakukan Hypnosis & Hipnoterapi kepada orang lain secara aman dan benar, dan dapat menerapkan aplikasi terapi mental sederhana & Tingkat lanjut melalui teknik Hypnoterapi. Setelah mengikuti Training ini anda akan mendapat Gelar Non Akademis dari The Indonesian Board Of Hypnotherapy Certified Hypnotis (CH) & Certified Hypnotherapist (CHt) dibelakang nama Anda.

Manfaat Pelatihan hipnotherapi :


  • Mengetahui dan memahami cara kerja otak dan pikiran
  • Mengetahui rahasia sebenarnya Hypnosis Modern, Hypnotherapy
  • Menjadikan Anda seorang Hypnotherapist yang BERKUALITAS
  • Menjadikan Anda lebih TERMOTIVASI dalam hidup
  • Menjadikan Anda mampu menangani Stress dan Masalah psikis lainnya
  • Mampu memberikan sugesti dengan baik dan benar
  • Mampu menjalankan Bisnis Praktek Hypnotherapy
  • Mampu memanfaat Hypnotherapy untuk menangani kasus-kasus seperti: Trauma, Fobia, menghapus Mental Block, Insomnia, berhenti merokok, stres, ketakutan, kecemasan, mempermudah proses melahirkan, meningkatkan rasa percaya diri, menurunkan berat badan, dll.
  • Dapat melakukan Stage Hypnosis (hipnosis panggung) seperti yang ditayangkan ditelevisi , Hipnotis YKS
  • Dan lain-lain...

Sistem Pelatihan hipnotherapi :

Teori 30% & Praktek 70% (Hands-On Workshop)

Trainer :
Oto Sunandar Dinata, CHt, CI

• Certified Hypnotist (CH ) From Indonesian Board Of Hypnotherapy (IBH)
• Certified Hypnotherapist (CHt ) From Indonesian Board Of Hypnotherapy (IBH)
• Certified Instructor (CI) from Indonesia Board of Hypnotherapy (IBH)
• Therapist
• Certified Psychological Coaching using Clean Language & Brief Therapy

Fasilitas Pelatihan hipnotherapi:

Modul, Seminar Kit, Audio & Video Hipnosis
Sertifikat, Gelar Nasional Non Akademis (CH, CHt) IBH
Member Card IBH, Mini Web
Lunch & Coffe Break

Bonus Tambahan Pelatihan hipnotherapi:

- EFT (Emosional Freedom Technique)
- SEFT ( Sepiritual Emosional Freedom Technique)

Pelatihan hipnotherapi ini cocok untuk Anda:

* Tenaga Pendidik (Guru /Dosen/ Trainer/ Instructor)
* Wirausahawan & Karyawan
* Tenaga Medis, Dokter, Psikolog, Psikiater dan Therapist
* Mahasiswa/Pelajar
* Orang tua & anak
* Umum

Persyaratan Peserta Pelatihan hipnotherapi:

Pendidikan minimal SLTA, dan tidak memiliki hambatan dalam komunikasi verbal (gagap), tidak memiliki hambatan serius dalam kepercayaan diri.

Waktu & Tempat Pelatihan hipnotherapi:

12-13 DESEMBER 2015
PKL 09.00-16.00
AYAM PAKUAN MALANG
JL. BEND. SIGURA-GURA NO. 44-46 MALANG

INVESTASI: Rp. 4.000.000
KHUSUS PENDAFTAR SEBELUM TGL 10 DESEMBER:
MAHASISWA/PELAJAR: Rp. 2.000.000
UMUM: Rp. 2.500.000

INFO & PENDAFTARAN:
081336487702/pin: 5983A92A
081216162979/pin: 5A47BB33

bagi anda yang berminat dalam pelatihan PELATIHAN HIPNOTHERAPI, silahkan ikuti dan untuk informasi lebih lanjut PELATIHAN HIPNOTHERAPI hubungi panitia yang tertera diatas
Continue reading >>

Kerusakan integritas jaringan kulit diagnosa keperawatan

1 comments

Kerusakan integritas jaringan kulit

 diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan kulit
mengulas tentang diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan kulit mulai dari definisi Kerusakan integritas jaringan kulit, faktor-faktor yang berhubungan dengan Kerusakan integritas jaringan kulit, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Kerusakan integritas jaringan kulit

 

Definisi Kerusakan integritas jaringan kulit

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis.

Faktor yang berhubungan Kerusakan integritas jaringan kulit
(Lihat kerusakan integritas jaringan)

Data mayor
Gangguan jaringan kulit epidermis dan dermis

Data minor
Pencukuran kulit
Eritema
Lesi
Pruritus

Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab untuk ulkus karena tekanan.
2. mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan.
3. berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dianjurkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.
4. Memperlihatkan kemajuan penyembuhan luka ulkus dermis.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan kulit

1. Identifikasi tahap perkembangan ulkus dekubitus
a. Tahap I : Eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh.
b. Tahap II : Ulserasi pada epidermis dan/atau dermis.
c. Tahap III : Ulserasi meliputi lemak sub kutan
d. Tahap IV : Ulserasi menembus otot rangka atau struktur penunjang.
2. Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan, bilaslah seluruh area dengan bersih untuk menghilangkan sabun dan keringkan.
3. masase dengan lembut kulit sehat disekitar area yang sakit untuk merangsang sirkulasi; jangan masase area jika tampak kemerahan.
4. Lindungi permukaan kulit yang sehat dengan satu atau kombinasi berikut.
a. Oleskan lapisan tipis cairan coplymer skin sealant.
b. Tutup area dengan balutan film permeable lembab.
5. Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif; timbang individu setiap hari dan tentukan kadar albumin serum setiap minggu untuk memantau status.
6. Pikirkan rencana penatalaksanaan luka tekan dengan menggunakan prinsip-prinsip penyembuhan luka :
a. Kaji status luka tekan (warna, bau, jumlah drainase dari luka dan sekeliling kulit)
b. Bersihkan jaringan nekrotik (kolaborasi dengan dokter)
c. Bilas dasar ulkus dengan cairan salin steril.
d. Lindungi tepi luka yang sedang granulasi dari trauma.
e. Tutup luka tekan dengan balutan steril sehingga dapat mempertahankan lingkungan di atas dasar ulkus tetap lembab (mis; balitan film, balutan kassa lembab).
f.  Hindari agen-agen yang dapat mengeringkan (lampu pemanas, cream magnesium).
g. Pantau tanda-tanda klinis dari infeksi luka.
7. Kunsulkan dengan perawat spesialis atau dokter untuk pengobatan luka tekan tahap IV.
8. Rujuk ke agensi keperawatan komunitas jika diperlukan tambahan bantuan di rumah.

Risiko kerusakan jaringan kulit


Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengekspresikan hasrat untuk ikut serta dalam pencegahan luka tekan.
2. Menggambarkan etiologi dan tindakan-tindakan pencegahan.
3. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.

Intervensi
1. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat ( + 2500 ml/hari, kecuali ada kontraindikasi). Periksa membran mukosa dalam mulut terhadap kelembaban dan periksa berat jenis urine.
2. Tetapkan jadwal untuk pengosongan kandung kemih (mulai dengan setiap 2 jam). Jika individu mengalami kekacauan mental, tetapka bagaimana pola kontinens dan lakukan intervensi sebelum terjadi inkontinens. Jelaskan masalah kepada individu dan pastikan kerjasama untuk perencanaan.
3. Apabila terjadi inkontinens, cuci perineum dengan cabun cair yang tidak merubah pH kulit dan oleskan pelindung untuk daerah perineal (pembersih).
4. Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas gerak badan, bila mungkin.
5. Ubah posisi atau instruksikan individu untuk berbalik atau mengangkat badan setiap 30 menit sampai 2 jam, tergantung pada faktor penyebab lain dan kemampuan kulit untuk pulih dari tekanan.
6. frekwensi dari jadwal mengubah posisi tubuh harus ditingkatkan jika ada area yang memerah yang tampak tidak hilang dalam 1 jam.
7. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi kekuatan gesekan; batasi posisi fowler’s hanya 30 menit pada suatu waktu.
8. Gunakan jumlah staf yang cukup untuk mengangkat pasien di tempat tidur atau kursi daripada menarik atau mendorong permukaan kulit.
9. Instruksikan individu untuk mengangkat dirinya dengan menggunakan lengan kursi setiap 10 menit jika mungkin atau bantu individu bangkit dari kursi setiap 10-20 menit, tergantung pada faktor-faktor risiko yang ada.
10. Amati adanya eritema dan kepucatan, dan lakukan palpasi untuk mengetahui adanya kehangatan dan jaringan seperti spon pada setiap perubahan posisi.
11. Jangan gosok area kemerahan atau menggosok diatas tonjolan tulang.
12. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif; timbang individu setiap hari dan tentukan kadar albumin serum setiap minggu untuk memantau status.
13. Instruksikan individu dan keluarga tentang teknik-teknik spesifik yang digunakan dirumah untuk mencegah ulkus akibat tekanan.

demikian ulasan mengenai tentang diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan kulit mulai dari definisi Kerusakan integritas jaringan kulit, faktor-faktor yang berhubungan dengan Kerusakan integritas jaringan kulit, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Kerusakan integritas jaringan kulit, semoga bermanfaat

Continue reading >>

Kerusakan integritas jaringan Diagnosa keperawatan

1 comments

Kerusakan integritas jaringan

diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan
mengulas tentang diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan mulai dari definisi Kerusakan integritas jaringan, faktor faktor yang berhubungan dengan Kerusakan integritas jaringan,serta intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan

Definisi Kerusakan integritas jaringan

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko untuk mengalami kerusakan integument, kornea, atau jaringan membrane mukosa.

Faktor yang berhubungan Kerusakan integritas jaringan

Patofisiologis
    Berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal
        Psoriasis
        Eksim
        Lupus eritematosus
        Skleroderma
        (Perubahan-perubahan metabolik dan endokrin)
        DM
Hepatitis
Sirosis
Gagal ginjal
Ikterik
Kanker
Disfungsi tiroid
(Bakterial)
Impetigo
Folukulitis
Selulitis
(Virus)
Herpes
Ginggivitis
AIDS
(Jamur)
Dermatofitosis
Kaki atlet
Vaginitis

Berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi ke jaringan
DM/diabetes melitus
Penyakit ginjal
Obesitas
Dehidrasi
Perubahan vaskular perifer
Statis vena
Arteriosklerosis
Anemia
Kelainan kardiopulmonal
Anoreksia nervosa
Tindakan

Berhubungan dengan penurunan aliran darah dan nutrisi ke jaringan
Status puasa
Pembedahan
Berhubungan dengan imobilisasi : efek sedasi
Berhubungan dengan trauma mekanik
    Kawat rahang
    Traksi
Gips
Alat ortopedik
    Berhubungan dengan efek-efek radiasi pada sel-sel basal dan epitelium
    Berhubungan dengan efek-efek iritan mekanika atau tekanan

Torniket
Papan kaki
Restrein
Balutan, plester, larutan
Kateter urine
Selang nasogastrik
Selang endotrakeal
Bidai/prostese oral
Lensa kontak
Situasional (Personal, situasional)

Berhubungan dengan trauma kimia
    Ekskresi
    Sekresi
    Bahan-bahan berbahaya

Berhubungan dengan iritan lingkungan
    Iritasi-luka bakar sinar matahari
    Suhu
Kelembaban
Parasit
Sengatan serangga
Inhalasi

Berhubungan dengan efek-efek tekanan atau imobilisasi
Maturisional
Berhubungan dengan kulit kering, tipis, penurunan vaskularitas dermal : efek penuaan

Data mayor
Gangguan kornea, integumen, atau jaringan membran mukosa atau invasi struktur tubuh (insisi, ulkus dermal, ulkus kornea, lesi oral)

Data minor
Lesi
Edema
Eritema
Kekeringan membran mukosa
Leukoplakia
Lidah kotor

Kriteria hasil Diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan
Individu akan :
1. Mengidentifikasi penyebab kerusakan jaringan mekanik.
2. Berpartisipasi dalam perencanaan untuk meningkatkan penyembuhan luka.
3. Memperlihatkan kemajuan penyembuhan luka jaringan.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan
1. Anjurkan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi untuk menghindari periode tekanan yang lama.
2. Untuk kerusakan neuromuskular
a. Ajarkan klien/orang terdekat tindakan yang tepat untuk mencegah tekanan, robekan, gesekan, maserasi.
b. Ajarkan untuk mengenali tanda-tanda awal kerusakan jaringan
c. Ubah posisi sedikitnya setiap 2 jam.
d. Dengan sering tingkatkan perputaran tubuh dengan pengangkatan minor dalam berat badan.
3. Jaga kulit tetap bersih dan kering.
4. Hindari pengelupasan epidermis saat melepas plester.
5. Gunakan alat yang menyebarkan tekanan jika diperlukan
6. Batasi posisi kepala pada klien berisiko tinggi sampai kurang dari 30º. Hindari penggunaan tempat tidur yang bagian lututnya dapat terlipat.
7. Gunakan metoda untuk menampung inkontinensia usus atau kandung kemih.
8. Ajarkan aplikasi yang tepat dari kantong stoma.
9. Gunakan teknik kantong stoma untuk menahan drainase dari fistula/ulkus.
10. Anjurkan sabun ringan yang tidak merubah pH kulit.
11. Ajarkan menggunakan sarung tangan/baju pelindung apabila menggunakan produk kimia dalam lingkungan pekerjaan.

demikian tentang diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan mulai dari definisi Kerusakan integritas jaringan, faktor faktor yang berhubungan dengan Kerusakan integritas jaringan,serta intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan, semoga bermanfaat
Continue reading >>

askep hemofilia

0 comments
askep hemofilia, mulai dari pengkajian keperawatan pada hemofilia,diagnosa keperawatan hemofilia,serta intervensi keperawatan pada hemofilia
Sebelum melangkah ke askep hemofilia, ada baiknya mengetahui definisi dari penyakit hemofilia, seperti pada posting terdahulu tentang definisi penyakit hemofilia,penyebab penyakit hemofilia,Pathofisiologi,Komplikasi serta Uji Laboratorium dan Diagnostik yang diperlukan untuk penyakit hemofilia,penyakit hemofilia adalah adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B), anda bisa baca di sini (klik)

Askep hemofilia

Pengkajian Keperawatan pada askep hemofilia

1.    Pengkajian sistem neurologi
a.    Pemeriksaan kepala
b.    Reaksi pupil
c.    Tingkat kesadaran
d.    Reflek tendo
e.    Fungsi sensoris
2.    Hematologi
a.    Tampilan umum
b.    Kulit : (warna pucat, petekie, memar, perdarahan membran mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena)
c.    Abdomen (pembesaran hati, limpa)
3.    Kaji anak terhadap perilaku verbal dan nonverbal yang mengindikasikan nyeri
4.    Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya tempat perdarahan dan meluasnya kerusakan sensoris, saraf dan motoris.
5.    Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (misal : menyikat gigi)
6.    Kaji tingkat perkembangan anak
7.    Kaji Kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan dan kemampuan menatalaksanakan program pengobatan di rumah.
8.    Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, Rr).

Diagnosa Keperawatan yang kemungkinan muncul pada askep hemofilia

1.    Risiko injuri b.d perdarahan
2.    Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
3.    Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan lain.
4.    Perubahan proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius


1. Intervensi Keperawatan askep hemofilia
Diagnosa perawatan askep hemofilia 1,  Risiko injuri b.d perdarahan
Tujuan    : Menurunkan risiko injuri
Intervensi     :
1.    Ciptakan lingkungan yang aman dan memungkinkan proses pengawasan
2.    Beri dorongan intelektual / aktivitas kreatif
3.    Dorong OR yang tidak kontak (renang) dan gunakan alat pelindung : helm
4.    Dorong orang tua anak untuk memilih aktivitas yang dapat diterima dan aman
5.    Ajarkan metode perawatan / kebersihan gigi.
6.    Dorong remaja untuk menggunakan shaver hindari ROM pasif setelah episode perdarahan akut.
7.    Beri nasehat pasien untuk mengenakan identitas medis.
8.    Beri nasehat pasien untuk tidak mengkonsumsi aspirin, bisa disarankan menggunakan Asetaminofen.

1. Diagnosa perawatan askep hemofilia 1, Risiko injuri b.d perdarahan
Tujuan    : Sedikit atau tidak terjadi perdarahan
Intervensi    :
1.    Sediakan dan atur konsentrat faktor VIII + DDAVP sesuai kebutuhan.
2.    Berikan pendidikan kesehatan untuk pengurusan penggantian faktor darah di rumah.
3.    Lakukan tindakan suportif untuk menghentikan perdarahan
•    Beri tindakan pada area perdarahan 10 – 15 menit.
•    Mobilisasi dan elevasi area hingga diatas ketinggian jantung.
•    Gunakan kompres dingin untuk vasokonstriksi.

3. Diagnosa perawatan askep hemofilia 3,Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
Tujuan    : Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.

Intervensi    :
1.    Tanyakan pada klien tengtang nyeri yang diderita.
2.    Kaji skala nyeri.
3.    Evaluasi perubahan perilaku dan psikologi anak.
4.    Rencanakan dan awasi penggunaan analgetik.
5.    Jika injeksi akan dilakukan, hindari pernyataan “saya akan memberi kamu injeksi untuk nyeri”.
6.    Hindari pernyataan seperti “obat ini cukup untuk orang nyeri”.
7.    “Sekarang kamu tidak membutuhkan lebih banyak obat nyeri lagi”.
8.    Hindari penggunaan placebo saat pengkajian/ penatalaksanaan nyeri.

Diagnosa perawatan askep hemofilia 4, Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan lain.
Tujuan    : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi    :
1.    Elevasi dan immobilisasikan sendi selama episode perdarahan.
2.    Latihan pasif sendi dan otot.
3.    Konsultasikan dengan ahli terapi fisik untuk program latihan.
4.    Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan terapi fisik untuk supervisi ke rumah.
5.    Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6.    Diskusikan diet yang sesuai.
7.    Support untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi sendi.

Diagnosa perawatan askep hemofilia 4,Perubahan proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius
Tujuan    : Klien dapat menerima support adekuat.
Intervensi    :
1.    Rujuk pada konseling genetik untuk identifikasi kerier hemofilia dan beberapa kemungkinan yang lain.
2.    Rujuk kepada agen atau organisasi bagi penderita hemofilia.


DAFTAR PUSTAKA

1.    Cecily. L Betz, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Alih bahasa Jan Tambayong, EGC, Jakarta.

2.    Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, Infomedika, Jakarta.

3.    Sodeman, 1995, Patofisiologi Sodeman : Mekanisme Penyakit, Editor, Joko Suyono, Hipocrates, Jakarta.

4.    Arif M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

demikian tentang askep hemofilia, mulai dari pengkajian keperawatan pada hemofilia,diagnosa keperawatan hemofilia,serta intervensi keperawatan pada hemofilia
Continue reading >>

penyakit hemofilia

0 comments
penyakit hemofilia, definisi penyakit hemofilia,penyebab penyakit hemofilia,Pathofisiologi ,Komplikasi serta Uji Laboratorium dan Diagnostik yang diperlukan untuk penyakit hemofilia
Penyakit hemofilia, definisi penyakit hemofilia,penyebab penyakit hemofilia,Pathofisiologi ,Komplikasi serta Uji Laboratorium dan Diagnostik yang diperlukan untuk penyakit hemofilia

Definisi penyakit hemofilia

penyakit hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).

Penyebab penyakit hemofilia

Penyebab penyakit Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).

Pathofisiologi penyakit hemofilia

penyakit hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif x-linked dari pihak ibu.
Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin  pada tempat pembuluh cidera.
Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma kurang dari 1 %.
Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1 % - 5 %.
Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal.
Manifestasi klinis yang muncul tergantung pada umur anak dan deficiensi faktor VIII dan IX.
Hemofilia berat ditandai dengan perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relatif ringan.
Tempat perdarahan yang paling umum di dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha.
Otot yang tersering terkena adalah flexar lengan bawah, gastrak nemius, & iliopsoas.


Manifestasi Klinis penyakit hemofilia

1.    Masa Bayi (untuk diagnosis)
a.    Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b.    Ekimosis subkutan di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c.    Hematoma besar setelah infeksi
d.    Perdarahan dari mukosa oral.
e.    Perdarahan Jaringan Lunak
2.    Episode Perdarahan (selama rentang hidup)
a.    Gejala awal     : nyeri
b.    Setelah nyeri     : bengkak, hangat dan penurunan mobilitas)
3.    Sekuela Jangka Panjang
Perdarahan berkepanjangan dalam otot menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.

Komplikasi penyakit hemofilia

1.    Artropati progresif, melumpuhkan
2.    Kontrakfur otot
3.    Paralisis
4.    Perdarahan intra kranial
5.    Hipertensi
6.    Kerusakan ginjal
7.    Splenomegali
8.    Hepatitis
9.    AIDS (HIV) karena terpajan produk darah yang terkontaminasi.
10.    Antibodi terbentuk sebagai antagonis terhadap faktor VIII dan IX
11.    Reaksi transfusi alergi terhadap produk darah
12.    Anemia hemolitik
13.    Trombosis atau tromboembolisme

Uji Laboratorium dan Diagnostik yang diperlukan untuk penyakit hemofilia

1.    Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
a.    Jumlah trombosit (normal)
b.    Masa protrombin (normal)
c.    Masa trompoplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)
d.    Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan trombosit dalam kapiler)
e.    Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnostik)
f.    Masa pembekuan trompin
2.    Biapsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
3.    Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)

demikian sekilas tentang penyakit hemofilia mulai dari definisi penyakit hemofilia,penyebab penyakit hemofilia,Pathofisiologi ,Komplikasi serta Uji Laboratorium dan Diagnostik yang diperlukan untuk penyakit hemofilia, semoga bermanfaat
Continue reading >>

Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa

0 comments

Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa

Pengertian Resusitasi Jantung Paru,Resusitasi Jantung Paru adalah usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan dan jantung yang terganggu, untuk mencegah kerusakan dan kematian otak ireversibel.

Resusitasi Jantung Paru dibagi menjadi:
Bantuan Hidup Dasar (BHD) : meliputi proses (C-A-B) yang dapat dilakukan disegala tempat oleh petugas terlatih. BHD bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat berkurangnya perfusi oksigen ke otak sambil menunggu bantuan hidup lanjut definitive oleh petugas yang kompeten.

Bantuan Hidup Lanjut (BHL) : dilakukan oleh petugas kompeten di  IGD / Kamar Operasi / IRIN. BHL bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat berkurangnya perfusi oksigen ke otak, jantung dan organ organ penting dengan memberikan / melanjutkan pertolongan segera untuk memperbaiki perfusi oksigen kejaringan, mencegah gagal organ dan mempertahankan / memperbaiki kualitas hidup.

Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi Jantung Paru dasar

Tindakan BHD dilakukan pada pasien bila ada tanda-tanda :
  • Pasien tidak sadar (unresponse)
  • Tidak bernapas (no breathing)
  • Napas tidak normal (gasping)
  • Petugas yang mengetahui tanda-tanda di atas segera mengaktifkan system bantuan.
  • Petugas terlatih segera memberikan tindakan BHD dengan High Quality CPR berkesinambungan, yaitu kompresi dada dengan :Kecepatan minimal 100 kali / menit,Kedalaman minimal 5 cm / 2 inchi,Meminimalkan penghentian kompresi dada dan menghindari ventilasi berlebihan
  • Petugas terlatih melakukan kompresi dada terlebih dulu sebelum memberikan bantuan napas (C-A-B) dengan melakukan 30 kali kompresi dada kemudian 2 kali bantuan napas (30:2) tanpa menunda pemberian kompresi dada.
  • Petugas terlatih harus terus memberikan BHD sampai petugas kompeten datang mengambil alih pasien.
algoritma bantuan hidup dasar



Bantuan Hidup Lanjut / Resusitasi Jantung Paru tingkat lanjut

Setelah terpasang endotracheal tube (ETT), dianjurkan menggunakan kapnograf untuk memantau kualitas resusitasi. Penggunaan kapnograf dapat mendeteksi adanya ROSC (Return of SpontanSirculation)
Atropin tidak direkomendasikan secara rutin untuk PEA / Asistole
Infus obat kronotropik dianjurkan sebagai alternative untuk memacu bradikardi tidak stabil.
Adenosine direkomendasikan untuk kasus takikardi wide-complexmonomorphic.
Perawatan sistematik paska henti jantung dilakukan di Instalasi Rawat Intensif dengan pendekatan multidisiplin untuk mengelola status neurologi dan fisiologi pasien, termasuk didalamnya penggunaan terapi hipotermi.
Kualitas CPR
Pijat dada kuat (minimal 5 cm) dan cepat (minimal 100 kali / menit) diikuti dengan pengembalian dada
Meminimalkan penghentian pijat dada
Mencegah ventilasi berlebih
Kompresi setiap 2 menit
Jika tidak dilakukan intubasi perbandingan kompresi : ventilasi 30 : 2
Return of Spontaneus Circulation  (ROSC)
Nadi dan tekanan darah
Adanya tekanan arterial spontan bila dipasang arterial line
Defibrilator
Biphasic : rekomendasi (120 – 200 j) bila tidak tahu gunakan maksimal
Monophasic : 360 j
Terapi Obat
Epineprine  : 1mg IV / IM setiap 3-5 mnt
Amiodaron : Dosis I 300 mg bolus, IV / IM dosis berikutnya 150mg
Bantuan jalan nafas lanjut :
Dianjurkan menggunakan ETT
8-10 kali / menit dengan kompresi dada berkelanjutan
Penyebab henti jantung reversibel :
Hipovolemi Tension pneumothorax
HipoksiaTamponadejantung
Hidrogen ion (Asidosis) Toxin
Hipo / HiperkalemiaTrombosis pulmonary
Hipotermia Trobosis coroner


algoritma bantuan hidup lanjut resusitasi jantung paru

demikian yang dapat kami sampaikan tentang Resusitasi Jantung Paru pada dewasa yang terdiri dari bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut beserta algoritma aha 2010
Continue reading >>

Management jalan nafas Head-tilt, chin-lift,Jaw thrust

0 comments
Management jalan nafas diataranya adalah Head-tilt, chin-lift,Jaw thrust kombinasi head tilt chin lift

Management jalan nafas / Airway Positioning adalah tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal diantaranya dengan menggunakan teknik Head-tilt, chin-lift,Jaw thrust kombinasi head tilt chin lift.

Tujuan Management jalan nafas / Airway Positioning

• Untuk mempertahankan dan memelihara kepatenan jalan napas.
• Untuk menghilangkan obstruksi parsial maupun total akibat kesalahan letak dimana lidah jatuh kebelakang pharynx dan/atau epiglotis setingkat larynx.

Indikasi Management jalan nafas / Airway Positioning

Diinsikasikan untuk klien tidak sadar dimana jalan napasnya tidak adekuat.
Kontraindikasi dan Perhatian
• Pada pasien trauma yg tidak sadar atau pasien yang diketahui atau dicurigai mengalami cedera/trauma leher, maka kepala dan leher harus dipertahankan dalam posisi netral tanpa hiperekstensi leher. Gunakan jaw thrust atau chin-lift utk membuka jalan napas pd situasi tsb.
• Positioning saja mungkin belum/tidak mencukupi untuk mencapai, mempertahankan dan memelihara jalan napas agar tetap terbuka. Intervensi tambahan, seperti suction atau intubasi, mungkin diperlukan.

Macam Management jalan nafas / Airway Positioning

1. Head-tilt, chin-lift
2. Jaw thrust
3. Chin-lift
4. Sniffing position

 Head-tilt, chin-lift

Jaw thrust


Prosedur Airway Positioning ”Head-tilt, chin-lift”
1. Letakan/tempatkan pasien dalam posisi supine/terlentang.
2. Angkat dagu ke depan untuk memindahkan mandibula ke depan sementara gerakan kepala pasien ke belakang dengan satu tangan yang berada di dahi (lihat gbr. 1). Manuver ini mengakibatkan hiperekstensi leher dan (kontraindikasi jika diketahui/dicurigai adanya trauma leher)
Prosedur Airway Positioning ”Jaw thrust” dan “Chin lift”
1. Jika manuver head-tilt, chin-lift tidak berhasil atau tidak dapat digunakan, maka lakukan jaw thrust atau chin lift.
2. Prosedur jaw thrust:
a. Letakan/tempatkan pasien dalam posisi supine/terlentang.
b. Angkat mandibula ke depan dengan jari telunjuk sambil mendorong melawan arkus zigomatik dengan ibu jari (lihat gbr. 2). Ibu jari memberikan tekanan berlawanan untuk mencegah pergerakan kepala saat mandibula didorong ke depan.
3. Prosedur chin lift:
a. Letakan satu lengan (lengan kiri anda) pada dahi untuk menstabilkan kepala dan leher pasien.
b. Pegang/tangkaplah mandibula pasien dengan ibu jari dan jari lainnya (lengan kanan anda), kemudian angkat mendibula ke arah depan (ligar gbr. 3).
c. Keji kembali (kaji ulang) kepatenan jalan napas setelah dilakukan tindakan.
Pertimbangan Untuk Usia Tertentu
1. Untuk tindakan head-tilt, chin-lift pada bagi (infant), tempatkan satu lengan pada dahi bayi dan angkat kepala secara hati-hati ke belakang dalam suatu posisi netral. Leher akan sedikit ekstensi. Ini disebut sebagai sniffing position (lihat gbr. 4). Hiperekstensi pada leher bayi dapat menyebabkan gangguan atau obstruksi jalan napas. Tempatkan jari-jari di bawah bagian tulang dagu bawah, kemudian angkat mandibula ke atas dan ke luar. Perhatikan agar mulut tidak tertutup atau terdorong pada jaringan lunak di bawah dagu, karena dapat mengobstruksi jalan napas
2. Pada anak yang memperlihatkan gejala epiglottitis, seperti demam tinggi, drolling, distres pernapasan, dsb, jangan dipaksa pada posisi supine, yang akan menyebabkan obstruksi komplit jalan napas. Biarkan anak untuk memelihara/mempertahankan posisi nyaman sampai tindakan definitif pada jalan napas tersedia.
Komplikasi
• Jika jalan napas terteap terobstruksi, suction perlu dilakukan, dan kemudian lakukan pemasangan OPA (oropharyngeal airway, misal: gudel) atau nasopharyngeal airway.
• Cedera pada spinal dapat terjadi jika dilakukan pergerakan pada kepala dan/atau leher pada pasien dengan cedera servical.
• Jika jari-jari anda menekan terlalu dalam jaringan lunak di bawah dagu, maka jalan napas akan terobstruksi.

Daftar Pustaka
Proehl, J.A. (1999). Eemergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Further Reading:
American Academy of Pediatrics & American College of Emergency Physicians. (1993). Advanced pediatric life support: The pediatric emergency medicine course. Dallas: Author.
American Heart Association. (1994). Basic life support for healthcare providers. Dallas: Author.
Emergency Nursing Association. (1993). Trauma nursing core course: Provider manual. (4th ed.). Park Ridge: Author

demikian tentang Management jalan nafas diataranya adalah Head-tilt, chin-lift,Jaw thrust kombinasi head tilt chin lift semoga bermanfaat
Continue reading >>
 
askepdb.blogspot.com © Copyright 2012. All Rights Reserved.
Created by: George Robinson.
Proudly powered by Blogger.
imagem-logoBack to TOP