Follow us: Subscribe via RSS Feed Connect on YouTube Connect on YouTube

GAGAL NAFAS PADA ANAK,definisi,penyebab serta patofisiologi gagal nafas

0 comments

GAGAL NAFAS PADA ANAK


Definisi gagal nafas

gagal nafas pada anak
Gagal nafas adalah  ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah. (Merenstein, 1995)
Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. (Staf pengajar ilmu kesehatan anak, 1985)

Penyebab gagal nafas / Etiologi gagal nafas

1.    Faktor predisposisi
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda dengan orang dewasa, yaitu :
1.    Struktur anatomi
a.    Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi tulang iga yang kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan pertumbahan otot interkostal yang belum sempurna, menyebabkan pergerakan dinding dada terbatas.
b.    Saluran pernafasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan dewasa. Besar trakea neonatus 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½ dewasa, sedangkan ukuran tubuh dewasa 20 kali neonatus. Akan tetapi bila terjadi sumbatan atau pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan luas saluran pernafasan 75 %. 
c.    Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘ elastic recoil ’ untuk mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli relatif lebih besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah alveoli akan bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.
2.    Kerentangan terhadap infeksi
Bayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia, pada anak kerentangan terhadap infeksi traktus respiratorius merupakan faktor predisposisi gagal nafas.
3.    Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem pernafasan atau organ lain yang berhubungan dengan alat pernafasan.
4.    Faktor fisiologis dan metabolik
Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi lebih besar daripada dewasa. Bila terjadi infeksi, metabolisme akan meningkat mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat. Kebutuhan oksigen tersebut di capai dengan menaikkan usaha pernafasan, dengan akibat pertama adalah kehilangan kalori dan air; Kedua dibutuhkan kontraksi otot pernafasan yang sempurna. Karena pada bayi dan anak kadar glikogen rendah, maka dengan cepat akan terjadi penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme anaerib akibatnya terjadi asidosis.

2.    Sebab gagal nafas
Jenis penyakit penyebab gagal nafas pada bayi / anak


penyebab
Bayi / Anak
Jalan nafas bagian atas :
Faring



Laring





Trakea

Jalan nafas bagian bawah

 Bronkus/bronkiolus



 Alveoli





 Kompresi pulmonal



Susunan saraf


Makroglosis
Hipertropi tonsil


Laringotrakeobronkitis
Epiglotis akut
Laringitis difterika
Edema/stenosis pasca intubasi


Benda asing




Bronkiolitis
Status asmatikus


Kelainan jantung bawaan
Trauma
Luka bakar


Pneumonia


Trauma
Ensefalitis
Takaran obat berlebihan
Status epileptikus
Sindrom Guillain-Barre

Dikutip dari Brown dan Fisk, Anesthesia for Children, Intensive Care
    aspeect, Blackwell Scientific Publ (1979)


Patofisiologi gagal nafas

Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan pernafasan yaitu obstruksi saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus. Apabila seorang anak menderita infeksi saluran nafas maka akan terjadi :
1.    Sekresi trakeobronkial bertambah
2.    Proses peradangan dan sumbatan jalan nafas
3.    aliran darah pulmonal bertambah
4.    ‘metabolic rate’ bertambah
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot polos maka lumen saluran nafas berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan terperangkapnya udara dibagian distal sumbatan yang akan menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi. Gangguan difusi dan retensi CO2 menimbulkan hipoksemia dan hipercapnea, kedua hal ini disertai kerja pernafasan yang bertambah sehingga menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis. Hipoksia dan hipercapnea akan menyebabkan ventilasi alveolus terganggu sehingga terjadi depresi pernafasan, bila berlanjut akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan akirnya kematian.
Hipoksemia akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pulmonal yang menyebabkan tahanan alveolus bertambah, akibatnya jantung akan bekerja lebih berat, beban jantung bertambah dan akirnya menyebabkan gagal jantung.
Akibat bertambahnya aliran darah paru, hipoksemia yang mengakibatkan permiabilitas kapiler bertambah, retensi CO2 yang mengakibatkan bronkokontriksi dan ‘metabolic rate’ yang bertambah, terjadinya edema paru. Dengan terjadinya edema paru juga terjadinya gangguan ventilasi dan oksigenisasi yang akhirnya dapat menimbulkan gagal nafas.

Manifestasi klinik

Umum        : kelelahan, berkeringat
Respirasi         : wheezing, merintih, menurun/menghilangnya suara nafas,
   cuping  Hidung retraksi, takipnea, bradipnea atau apnea,
   sianosis.
Kardiovaskuler    : bradikardia atau takikardia hebat, hipotensi/hipertensi,
 pulsus  Paroksus 12 mmHg, henti jantung.
 Serebral     : gelisah, iritabilitas, sakit kepala, kekacauan mental,
 kesadaran  Menurun, kejang, koma.

demikian sekilas tentang GAGAL NAFAS PADA ANAK,definisi,penyebab serta patofisiologi gagal nafas
Continue reading >>

Askep diare pada anak

0 comments
 Sebelum ke askep diare pada anak, sebaiknya kita lihat dahulu apa definisi dari diare

DEFINISI DIARE

askep diare pada anak
Diare adalah buang air besar (defekasi)  dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

PENYEBAB DIARE / ETIOLOGI DIARE

1.    Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2.    Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3.    Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.
4.    Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5.    Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

Setelah kita mengetahui apa definisi diare dan penyebab diare, sekarang mulai askep diare pada anak

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

1.    Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.    Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3.    Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.    Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5.    Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.    Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.    Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a.    Pertumbuhan
o    Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o    Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
o    Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o    Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b.    Perkembangan
o    Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
o    Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dari kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
o    Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.    berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)
2.    Meniru membuat garis lurus (GH)
3.    Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.    Melepasa pakaian sendiri (BM)
9.    Pemeriksaan Fisik
a.    pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.    keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.    Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.    Mata : cekung, kering, sangat cekung
e.    Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.    Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g.    Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.     Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i.    Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j.    Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10.    Pemeriksaan Penunjang
1)    Laboratorium :
•    feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
•    Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
•    AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
•    Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)    Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

PENATALAKSANAAN DIARE

Rehidrasi
1.    jenis cairan
1)    Cara rehidrasi oral
o    Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
o    Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2)    Cara parenteral
o    Cairan I  : RL dan NS
o    Cairan II : D5  ¼ salin,nabic. KCL
      D5 : RL = 4 : 1  + KCL
      D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o    HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.    Jalan pemberian
1)    Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2)    Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3.    Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1)    Defisit ( derajat dehidrasi)
2)    Kehilangan sesaat (concurrent less)
3)    Rumatan (maintenance).
4.    Jadwal / kecepatan cairan
1)    Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o    BB (kg) x 50 cc
o    BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2)    Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt


Terapi
1.    obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2.    onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3.    antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik
a.    Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu
b.    Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

DIAGNOSA KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK

1.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
2.    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.    Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.    Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.    Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.    Kecemasan / Ansietas anak berhubungan dengan tindakan invasive

(baca juga askep hirsprung lengkap Askep Hirschsprung mulai dari pengkajian keperawatan penyakit Hirschsprung, masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan pada Hirschsprung yang kemungkinan muncul dari penyakit Hirschsprung, perencanaan keperawatan pada askep Hirschsprung dan tindakan keperawatan beserta rasionalisasi tindakan keperawatan pada penyakit Hirschsprung sampai daftar pustaka)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o    Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )
o    Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o    Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)    Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2)    Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3)    Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)    Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)    Kolaborasi :
-    Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-    Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-    Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria        : - Nafsu makan meningkat
-    BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)    Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)    Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)    Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4)    Monitor  intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)    Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a.    terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.    obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan


Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
      Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)    Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)    Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)    Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
-       Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)    Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2)    Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)    Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak / Ansietas berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
 Intervensi :
1)    Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2)    Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)    Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)    Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5)    Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak


DAFTAR PUSTAKA


Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan.  Ed 2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994.  Pedoman Diagnosa dan Terapi .  RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997.  Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995.  Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000.  Keperawatan Anak.  EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Semoga apa yang kami sampaikan tentang askep diare pada anak dapat bermanfaat, thanks atas kunjungannya
Continue reading >>

Lowongan kerja perawat di klinik perawatan kulit Jakarta

0 comments

Dibuka Lowongan kerja perawat di klinik perawatan kulit Jakarta  

http://askepdb.blogspot.co.id/2015/11/lowongan-kerja-perawat-di-klinik.html
Dibutuhkan segera Perawat, Bidan dan SMK Keperawatan untuk mengisi lowongan kerja sebagai Beautician wanita dan Perawat Gigi pria/wanita.Klinik Perawatan Kulit, Kecantikan & Gigi berlokasi di Pacific Place Mall, SCBD saat ini
Beautician & Perawat gigi

Persyaratan :
- Maksimal berusia 28 tahun
- Pendidikan minimal D3 Akper / Akbid / SMK
- Bersedia untuk melalui pelatihan terlebih dahulu
- Bersedia ditempatkan di cabang-cabang di daerah Jakarta Selatan
- Mempunyai STR yang masih berlaku
- Rajin, teliti dan memiliki semangat kerja yang tinggi
Fasilitas : Gaji pokok, Insentif atau uang tindakan

apabila anda membutuhkan kerja dan bila anda berminat silahkan kirimkan CV dan lamaran lengkap anda ke: hrdtheclinic@gmail.com 
Atau melalui pos ke The Clinic, Pacific Place Mall Shop Level B1 unit 15, Jl. Jend. Sudirman Kv 52-53 Jakarta Selatan no telp 021-57973412.
Paling lambat tanggal 30 November 2015.

semoga info lowongan kerja perawat ini dapat bermanfaat....
Continue reading >>

Lowongan kerja perawat,dr,apoteker di RS Jatisampurna Bekasi

0 comments

dibuka lowongan kerja untuk perawat,dokter spesialis,apoteker,rekam medik,ahli gizi,kesling,analis kesehatan,radiografer, dan IT.

lowongan kerja perawat di rumah sakit jatisampurna bekasi
bila anda merupakan seorang yang sedang mencari kerja, tidak ada salahnya untuk ikut daftar di RS Jatisampurna Bekasi

Lowongan kerja di rs jatisampurna bekasi untuk tenaga :
  1. 1. dr. Sp Kulit & Kelamin
  2. 2. dr. Sp. Penyakit Dalam
  3. 3. dr. Sp. Mata
  4. 4. dr. Sp. THT
  5. 5. dr. Sp. Radiologi
  6. 6. Asst Apoteker 
  7. 7. Apoteker
  8. 8. Rekam Medik
  9. 9. Ahli Gizi
  10. 10. Perawat
  11. 11. Kesling
  12. 12. Analis Kesehatan
  13. 13. Radiografer 
  14. 14. IT
adapun persyaratan yang dibutuhkan  :
  1. - Usia max. 35 th (6 s.d 14) dgn BB/TB proporsional;
  2. - Fresh Graduate / Pengalaman dibidangnya (RS/Klinik/Apotik/Gizi) lebih diutamakan;
  3. - IPK min 2.75 ( 6 s.d 14);
  4. - Menguasai pelaporan dan coding (8);
  5. - Memiliki STR (1 s.d 13);
  6. - Spesialis (1,2.3.4,5) ;
  7. - Min D3 sesuai profesi (6,8,9,10,11,12,13),
  8. - Profesi Apoteker (7),
  9. - Min D3 Teknik Informatika (14)
  10. - Laki-laki / Perempuan (1 s.d 11),
  11. - Laki-laki (12 s.d 14);
bila anda memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, segera Kirim lamaran lengkap ke :
RS. Jatisampurna
Jl. Studio ANTV Rt/Rw.3/7 Jati Raden
Jati Sampurna 17433 Kota Bekasi
Atau kirim lewat email ke:
sdm.rsjatisampurna@gmail.com

lihat sumber info lowongan kerja perawat dan lain lain dari rs jatisampurna bekasi, klik disini
Continue reading >>

Asuhan Keperawatan pada pasien DHF (dengue hemorrhagic fever)

0 comments

Asuhan Keperawatan pada pasien DHF (dengue hemorrhagic fever)

asuhan-keperawatan-pada-pasien-dhf
Pengkajian keperawatan pada pasien dhf (dengue hemorrhagic fever)

-    Kaji riwayat Keperawatan
-    Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan  ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Diagnose Keperawatan dhf (dengue hemorrhagic fever)

1.    Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.    Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksivirus
5.    Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak

Perencanaan
1.    Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2.    Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekwat
3.    Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
4.    Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif
Implementasi
1.    Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
-    Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
-    Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun
-    Mengobservasi dan mencatat intake dan output
-    Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
-    Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
-    Mempertahankan intake dan output yang adekwat
-    Memonitor dan mencatat berat badan
-    Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
-    Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )

2.    Perfusi jaringan Adekwat
-    Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )
-    Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
-    Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )

3.    Kebutuhan nutrisi adekwat
-    Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
-    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi 
-    Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-    Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-    Mempertahankan kebersihan mulut pasien
-    Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit

4.    Mempertahankan suhu tubuh normal
-    Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
-    Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
-    Lakukan “ tepid sponge”  ( seka ) dengan air biasa
-    Tingkatkan intake cairan
-    Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.    Mensupport koping keluarga Adaptif
-    mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
-    Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
-    Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

asuhan keperawatan pada pasien dengan dhf (dengue hemorrhagic fever) tidak semua sama tergantung dari situasi dan kondisi pasien, thanks telah berkunjung ke askepdb.blogspot.com
Continue reading >>

DHF dengue hemorrhagic fever

0 comments

DHF dengue hemorrhagic fever

dhf-dengue-hemorrhagic-fever

Pengertian dhf (dengue hemorrhagic fever)

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )

Penyebab dhf (dengue hemorrhagic fever)

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )

Tanda dan gejala dhf (dengue hemorrhagic fever)

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-    Meningkatnya suhu tubuh
-    Nyeri pada otot seluruh tubuh
-    Suara serak
-    Batuk
-    Epistaksis
-    Disuria
-    Nafsu makan menurun
-    Muntah
-    Ptekie
-    Ekimosis
-    Perdarahan gusi
-    Muntah darah
-    Hematuria masih
-    Melena

Klasifikasi DHF menurut WHO

Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )

Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan  lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Pemeriksaan Diagnostik

-    Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
-    Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
-    Rontgen Thorac = Effusi Pleura

Pencegahan DHF

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-    Rumah selalu terang
-    Tidak menggantung pakaian
-    Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
-    Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
-    Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan PEN KES
-    Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
-    Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
-    Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
-    Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Demikian yang dapat kami sampaikan tentang dhf dengue hemorrhagic fever, dari definisi dhf, penyebab,tanda dan gejala penyakit dhf,pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk penyakit dhf serta bagaimana pencegahan agar tidak terkena penyakit dhf
Continue reading >>

Bronkopneumonia, pengertian,penyebab,tanda dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia

0 comments

PENYAKIT BRONKOPNEUMONIA

BRONKOPNEUMONIA

Pengertian Bronkopneumonia

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C, 2002 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak

Penyebab Bronkopneumonia / etiologi bronkopneumonia

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
  • Bakteri
         Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,  streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
  • Virus
          Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
  • Jamur
         Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
  • Protozoa
         Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.



Manifestasi klinis dari Bronkopneumonia

  • Pneumonia bakteri
Gejala awal :
-    Rinitis ringan
-    Anoreksia
-    Gelisah
Berlanjut sampai :
-    Demam
-    Malaise
-    Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
-    Ekspirasi bebunyi
-    Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
-    Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
-    Leukositosis
-    Foto thorak pneumonia lobar

  • Pneumonia virus
Gejala awal :
-    Batuk
-    Rinitis
Berkembang sampai
-    Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
-    Emfisema obstruktif
-    Ronkhi basah
-    Penurunan leukosit

  • Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-    Demam
-    Mengigil
-    Sakit kepala
-    Anoreksia
-    Mialgia
          Berkembang menjadi :
-    Rinitis
-    Sakit tenggorokan
-    Batuk kering berdarah
-    Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

Patofisiologi Bronkopneumonia

Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan stapilococcus aurens, H. Influenza dan streptococcus pneumoniae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
Pada anak kondisi ini dapat akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda asing dan congenital yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.

Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada pasien dengan pneumonia

1. Foto polos    : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
     virus

demikian sekilas tentang penyakit bronkopneumonia, semoga apa yang kami sampaikan tentang  Bronkopneumonia, pengertian,penyebab,tanda dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia dapat bermanfaat, thanks telah berkunjung
Continue reading >>

asuhan keperawatan bayi bblr berat badan lahir rendah

0 comments

asuhan keperawatan bayi bblr berat badan lahir rendah

asuhan-keperawatan-bayi-bblr-berat lahir rendah
Asuhan keperawatan bayi bblr berat badan lahir rendah,Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir dikarenakan prematuritas murni atau Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)


sebelum ke asuhan keperawan bayi bblr, maka diperlukan pengkajian keperawatan pada bayi dengan bblr


PENGKAJIAN KEPERAWATAN BAYI BBLR


1.    Prematuritas murni

     BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
    Masa gestasi < 37 minggu
    Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
    Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
    Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
    Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
    Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
    Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
    Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
    Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
    Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna


2.    Dismaturitas

    Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
    Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
    Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
    Tali pusat berwarna kuning kehijauan


setelah pengkajian, maka kita menginjak ke asuhan keperawatan bayi bblr
asuhan keperawatan bayi bblr



asuhan keperawatan bayi bblr
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan


1.













2.


Pola nafas tidak efektif  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru










Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan


Pola nafas yang efektif

Kriteria :
§  Kebutuhan oksigen 
    menurun
§  Nafas spontan, adekuat
§  Tidak sesak.
§  Tidak ada retraksi


Pertukaran gas adekuat

Kriteria :
§  Tidak sianosis.
§  Analisa gas darah normal
§  Saturasi oksigen normal.


§  Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
§  Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
§  Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan








§  Lakukan isap lendir kalau perlu
§  Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
§  Observasi warna kulit
§  Ukur saturasi oksigen
§  Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
§  Lapor dokter apabila terdapat  tanda-tanda perburukan pernafasan
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan



No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria

Rencana Tindakan



3.













4.













5


Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat


Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan



Hidrasi baik

Kriteria:
§  Turgor kulit elastik
§  Tidak ada edema
§  Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
§  Elektrolit darah dalam batas normal



Nutrisi adekuat

Kriteria :
§  Berat badan naik 10-30 gram / hari
§  Tidak ada edema
§  Protein dan albumin darah dalam batas normal




Suhu bayi stabil
§  Suhu 36,5 0C -37,2 0C
§  Akral hangat











§  Observasi turgor kulit.
§  Catat intake dan output
§  Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah








§  Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
§  Observasi dan catat toleransi minum
§  Timbang berat badan setiap hari
§  Catat intake dan output
§  Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu





§  Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
§  Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas
§  Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
§  Ganti popok bila basah






No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria

Rencana Tindakan



6.














7.

















8.

Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler









Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia














Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik






Perfusi jaringan baik
§  Tekanan darah normal
§  Pengisian kembali kapiler <2 detik
§  Akral hangat dan tidak sianosis
§  Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
§  Kesadaran composmentis


Tidak ada injuri

Kriteria :
§  Kesadaran composmentis
§  Gerakan aktif dan terkoordinasi
§  Tidak ada kejang ataupun twitching
§  Tidak ada tangisan melengking
§  Hasil USG kepala dalam batas normal


Bayi tidak terinfeksi

Kriteria :
§  Suhu 36,5 0C -37,2 0C
§  Darah rutin normal


§  Ukur tekanan darah kalau perlu
§  Observasi warna dan suhu kulit
§  Observasi pengisian kembali kapiler
§  Observasi adanya edema perifer
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
§  Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan






§  Cegah terjadinya hipoksia
§  Ukur saturasi oksigen
§  Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
§  Observasi tangisan bayi
§  Observasi adanya kejang
§  Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi
§  Ukur lingkar kepala kalau perlu
§  Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala







§  Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
§  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
§  Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif


No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria

Rencana Tindakan









9.








10.













11.








Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit




Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif




Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS











Integritas kulit baik

Kriteria :
§  Tidak ada rash
§  Tidak ada iritasi
§  Tidak plebitis



Persepsi dan sensori baik

Kriteria :
§ Bayi berespon terhadap stimulus







Koping keluarga efektif
Kriteria :
§ Ortu kooperatif dg perawatan bayinya.
§ Pengetahuan ortu bertambah
§ Orang tua dapat merawat bayi di rumah


§  Lakukan perawatan tali pusat
§  Observasi tanda-tanda vital
§  Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
§  Kolaborasi pemberian antibiotika


§  Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan
§  Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
§  Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

§ Membelai bayi sebelum malakukan tindakan
§ Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut
§ Memberikan rangsang cahaya pada mata
§ Kurangi suara monitor jika memungkinkan
§ Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot

§ Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter
§ Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
§ Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan
§ Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya

Continue reading >>
 
askepdb.blogspot.com © Copyright 2012. All Rights Reserved.
Created by: George Robinson.
Proudly powered by Blogger.
imagem-logoBack to TOP