Follow us: Subscribe via RSS Feed Connect on YouTube Connect on YouTube

Diagnosa keperawatan Kurang perawatan diri mandi/hygiene

0 comments
Diagnosa keperawatan Kurang perawatan diri mandi hygien
sebelum melangkah ke Diagnosa keperawatan Kurang perawatan diri mandi/hygien,alangkah baiknya mengetahui tentang definisi kurang perawatan diri
Definisi Kurang perawatan diri : mandi/hygiene adalah Keadaan dimana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan mandi/aktivitas kebersihan diri

Faktor yang berhubungan Diagnosa keperawatan Kurang perawatan diri mandi/hygiene
Patofisiologis
  • Berhubungan dengan kurang koordinasi
  • Berhubungan dengan spastisitas
  • Berhubungan dengan kelemahan otot
  • Berhubungan dengan paralisis
  • Berhubungan dengan atrofi
  • Berhubungan dengan kontraktur otot
  • Berhubungan dengan status koma
  • Berhubungan dengan kelainan visual
  • Berhubungan dengan tidak berfungsinya atau kehilangan anggota gerak
  • Berhubungan dengan regresi pada tingkat perkembangan sebelumnya
  • Berhubungan dengan perilaku ritualistik yang berlebihan
Tindakan
  • Berhubungan dengan alat eksternal
  • Berhubungan dengan keletihan pasca operatif dan nyeri
  • Situasional (Personal, lingkungan)
  • Berhubungan defisit kognitif
  • Berhubungan dengan nyeri
  • Berhubungan dengan kurang motivasi
  • Berhubungan dengan keletihan
  • Berhubungan dengan kebingungan
  • Berhubungan dengan ansietas ketidakmampuan
Maturisional
  • Berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan motorik, kelemahan otot

Data Diagnosa keperawatan Kurang perawatan diri mandi/hygiene
Kurangnya kemampuan untuk mandi sendiri (termasuk membasuh keseluruhan badan, menyisir rambut, menggosok gigi, melakukan perawatan kulit, dan kuku serta menggunakan rias wajah)
a. Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk membasuh tubuh atau bagian-bagian tubuh
b. Tidak dapat menggunakan sumber air
c. Ketidakmampuan merasakan kebutuhan terhadap tindakan kebersihan
Kurangnya kemampuan mengenakan pakaian sendiri (termasuk pakaian rutin atau pakaian khusus, bukan pakaian malam)
a. Kegagalan kemampuan untuk memakai atau melepaskan pakaian
b. Ketidakmampuan untuk mengancingkan pakaian
c. Ketidakmampuan untuk berdandan diri yang memuaskan

Kriteria hasil
Individu akan
1. Mengidentifikasi kesukaan akan aktivitas perawatan diri
2. Mendemostrasikan kebersihan yang optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan
3. Berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam aktivitas perawatan diri
a. Melaksanakan aktivitas mandi pada tingkat yang optimal
b. Melaporkan rasa puas dengan pencapaian meskipun dalam keterbatasan
c. Menghubungkan perasaan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh
d. Mendemonstrasikan kemampuan untuk menggunakan alat-alat bantu adaptif
e. Menggambarkan faktor-faktor penyebab dari kurangnya kemampuan untuk mandi

Intervensi
1. Dorong individu untuk menggunakan lensa atau alat bantu korektif yang ditentukan
2. Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi; pastikan suhu air yang disukai individu
3. Berikan privasi selama mandi rutin
4.  Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai
5. Berikan pengamanan dalam kamar mandi (mis; lantai tidak licin, batang pegangan, bel)
6. Jika individu mampu secara fisik, dorong menggunakan bak mandi atau pancuran, tergantung pada fasilitas rumah sakit dalam persiapan pulang ke rumah.
7. Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan
a. Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi
b. Pemegang spon yang panjang mencapai punggung atau ekstremitas bawah
c. Tempat pegangan pada dinding kamar mandi
d. Papan mandi untuk pindah ke kursi
e. Alas atau keset yang tidak licin
f. Sarung tangan pencuci dengan kantung untuk sabun
g. Sikat gigi yang sudah teradaptasi
h. Alat pencukur
i. Pegangan semprotan pancuran
8. Untuk individu kekurangan penglihatan
a. Tempatkan perlengkapan mandi dalam lokasi paling sesuai untuk individu
b. Pertahankan bel pemanggil dalam jarak yang mudah dijangkau
c. Berikan derajat privasi yang sama
d. Secara verbal beritahukan diri anda sebelum memasuki atau meninggalkan area pemandian
e. Observasi kemampuan individu untuk menempatkan seluruh peralatan mandi
f. Observasi kemampuan individu untuk melaksanakan perawatan mulut, menyisir rambut.
g. Berikan tempat untuk pakaian bersih yang mudah dijangkau.
9. Untuk individu dengan anggota tubuh hilang atau sakit
a. Mandikan pada pagi awal atau sebelum tidur pada malam hari.
b. Dorong individu untuk mengunakan cermin selama mandi untuk mengamati area kulit yang mengalami paralise
c. Dorong individu yang mengalami amputasi untuk mengamati anggota gerak yang tersisa untuk keutuhan kulit yang baik.
d. Berikan hanya beberapa pengawasan atau bantuan yang diperlukan untuk belajar kembali penggunaan ekstremitas atau adaptasi terhadap kecacatan
10. Untuk individu dengan kemunduran kognitif
a. Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program terstruktur untuk membantu menurunkan ansietas
b. Pertahankan instruksi-instruksi sederhana dan hindari pengalihan-pengalihan; orientasi tujuan adanya perlengkapan mandi.
c. Jika individu tidak dapat memandikan keseluruhan tubuh, biarkan individu memandikan suatu bagian tubuhnya sampai benar; berikan umpan balik positif terhadap keberhasilan
d. Aktivitas pengawasan dilakukan sampai individu dapat dengan aman melaksanakan tugas yang tidak dibantu
e. Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat meningkatkan ansietas
11. Pastikan bahwa fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukan jika ada berbagai kebutuhan untuk adaptasi.
12. rujuk kepada terapi okupasi atau pelayanan sosial untuk membantu dalam mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan.

demikian tentang Diagnosa keperawatan Kurang perawatan diri mandi/hygiene,semoga bermanfaat
Continue reading >>

Diagnosa keperawatan Kurang pengetahuan , anda perlu tahu ini

0 comments
diagnosa keperawatan Kurang pengetahuan
Sebelum ke diagnosa keperawatan Kurang pengetahuan, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu definisi kurang pengetahuan.
Definisi kurang pengetahuan adalah Suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan-keterampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan.

Data mayor dari diagnosa kurang pengetahuan :
  • Mengungkapkan kurang pengetahuan atau keterampilan-keterampilan/permintaan informasi. 
  • Mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan. Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan. 

Data minor diagnosa kurang pengetahuan :
  • Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari-hari. 
  • Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis (mis; ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi. 
Catatan :
  • Kurang pengetahuan tidak menunjukkan respons, perubahan, atau pola disfungsi manusia, tetapi lebih sebagai suatu etiologi atau faktor penunjang (Jenny, 1987). 
  • Kurang pengetahuan dapat menambah suatu variasi respons-respons (mis; ansietas, kurang perawatan diri). 
  • Semua diagnosa keperawatan mempunyai hubungan dengan penyuluhan klien/keluarga sebagai bagian dari keperawatan (mis; perubahan eliminasi usus, kerusakan komunikasi verbal). 
  • Apabila penyuluhan secara langsung berhubungan dengan suatu diagnosa keperawatan yang khusus, maka cakupkan penyuluhan dalam perencanaan. Apabila penyuluhan diperlukan sebelum melakukan suatu prosedur, maka dapat digunakan diagnosa keperawatan ansietas yang berhubungan dengan lingkungan yang tidak dikenal. 
  • Apabila pemberian informasi diarahkan untuk membantu individu atau keluarga dengan perawatan diri di rumah, maka diagnosa ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik dapat diindikasikan.
demikian tentang diagnosa keperawatan kurang pengetahuan mulai dari definisi kurang pengetahuan, data minor dan data mayor yang perlu ada dalam diagnosa keperawatan kurang pengetahuan serta berbagai catatan tentang diagnosa keperawatan kurang pengetahuan, semoga bermanfaat
Continue reading >>

Kelebihan volume cairan,diagnosa keperawatan

0 comments
Kelebihan volume cairan,diagnosa keperawatan

Definisi Kelebihan volume cairan

Definisi Kelebihan volume cairan adalah Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.

Faktor yang berhubungan Definisi Kelebihan volume cairan

Patofisiologis
Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator
        Gagal ginjal, akut atau kronik
Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
    Infark miokard
Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kiri
Penyakit katup
Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, retensi natrium
    Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
    Varikose vena
    Penyakit vaskuler perifer
Flebitis kronis
Imobilitas
Tindakan
    Berhubungan dengan retensi natrium dan air
        Pemberian terapi kortikosteroid
Situasional (Personal, lingkungan)
    Berhubungan dengan kelebihan masukan natrium/cairan
    Berhubungan dengan rendahnya masukan protein
        Diet
        Malnutrisi
    Berhubungan dengan venostatis/pengumpulan venosa
        Imobilitas
        Bidai atau balutan yang kuat
        Berdiri atau dududk dalam waktu yang lama
    Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada ibu hamil
    Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat
        Mastektomi
Maturisional
    (Lansia)
Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
    Peningkatan resistensi dan penurunan efisiensi katup

Data mayor
Edema
Kulit menegang, mengkilap

Data minor
Masukan lebih banyak daripada haluaran
Sesak napas
Kenaikan berat badan

Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengungkapkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema
2. memperlihatkan penurunan edema perifer dan sakral.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Definisi Kelebihan volume cairan

1. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan
2. Anjurkan individu untuk menurunkan masukan garam
3. Ajarkan individu untuk
a. Membaca label untuk kandungan natrium
b. Hindari makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.
c. Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah rasa (lemon, kemangi, mint)
d. Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan lain-lain
4. Kaji adanya bukti-bukti venostatis pada bagian tergantung.
5. Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas jantung apabila mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal jantung)
6. Instruksikan individu untuk menghindari celana yang terbuat dari kaos/korset, celana setinggi lutut, dan menyilangkan tungkai bawah dan latihan tetap meninggikan tungkai bila mungkin.
7. Untuk drainase yang tidak adekuat :
a. Jaga ekstremitas ditinggikan diatas bantal
b. Ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit
c. Jangan memberi suntikan atau memasukan cairan intravena pada lengan yang sakit.
d. Lindungi lengan yang sakit dari cedera.
e. Anjurkan individu untuk menghindari deterjen yang kuat, membawa kantong yang berat, merokok, mencederai kulit ari atau bintil pada kuku, meraih kedalam oven yang panas, menggunakan perhiasan atau jam tangan, atau menggunakan bando.
f. Peringatkan individu untuk menemui dokter jika lengan menjadi merah, bengkak, atau keras lain dari biasa.
8. Lindungi lengan yang edema dari cedera.

demikian paparan tenang diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan mulai dari definisi kelebihan volume cairan, faktor faktor yang berhubungan dengan kelebihan volume serta intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan



Continue reading >>

Kekacauan mental akut,diagnosa keperawatan

0 comments
Kekacauan mental akut,diagnosa keperawatan

Definisi Kekacauan mental akut 

Definisi Kekacauan mental akut adalah Keadaan dimana terjadi awitan tiba-tiba dari sekelompok global, gangguan kesadaran yang berfluktuatif, perhatian, persepsi, memori, orientasi, berpikir, siklus tidur-bangun, dan perilaku psikomotor (APA, 1987)

Faktor yang berhubungan Kekacauan mental akut

    Berhubungan dengan hipoksia serebral dan atau gangguan dalam metabolisme
    (Gangguan cairan dan elektrolit)
    Dehidrasi.
    Deplesi volume.
Asidosis/alkalosis.
Hiperkalsemia.
Hiperkalemia.
Hipo/hipernatremia.
Hipo/hiperglikemia.
(Defisiensi nutrisi)
Defisiensi folat/vitamin B12
Anemia.
Defisiensi niasin.
Defisiensi magnesium.
(Gangguan kardiovaskular)
Infark miokard
Gagal Jantung Kongestif
Disritmia.
Blok Jantung
(Gangguan pernapasan)
PPOK
Emboli paru
Tuberkulosis.
Pneumonia.
(Infeksi)
Sepsis
Meningitis
Infeksi Saluran Kemih
(Gangguan metabolisme dan endokrin)
Hipo/hipertiroidisme
Hipo/hiperpituitarisme
Gangguan paratiroid
Hipotensi postural
Hipo/hipertermia
Gagal ginjal atau hepar
(Gangguan system saraf pusat)
Trauma kepala
Tumor
Kejang dan keadaan pascakonvulsif
Tekanan hidrosefalus
(Penyakit kolagen dan reumatoid)
Artritis temporal.
Nodosa periartritis.
Lupus eritematosa.

Tindakan pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

    Berhubungan dengan gangguan dalam metabolisme serebral
        Operasi
Obat terapeutik (narkotik, narkoleptik).
Anestesi umum
Efek samping obat ( Diuretik, digitalis, fenitoin, dll).
Situasional (Personal, lingkungan)
Berhubungan dengan ganguan metabolisme serebral
    Reaksi putus obat dari alkohol, sedatif, hipnotis
    Intoksikasi logam berat
Berhubungan dengan nyeri
Berhubungan dengan sumbatan usus
Berhubungan dengan imobilitas
Berhubungan dengan intoksikasi kimiawi:
    Alkohol
    Kokain
    Ampetamin
    Opiat
    Barbiturat
Halusinogen

Data mayor yang mendukung pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

Awitan tiba-tiba dari gangguan yang berfluktuasi dari :
Kesadaran
Perhatian
Persepsi
Memori
Orientasi
Berpikir
Siklus bangun-tidur
Perilaku psikomotor (waktu reaksi, kecepatan gerak, alur pembicaraan, gerakan involunter, tulisan tangan)

Data minor yang mendukung pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

Terlalu berjaga-jaga
Halusinasi
Ilusi

Kriteria hasil
Episode kekacauan mentalnya menghilang

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

1. Kaji terhadap faktor-faktor penyebab dan yang mempengaruhi.
Pastikan bahwa keseluruhan diagnostik kerja telah dilengkapi
Laboratorium
HSD dan elektrolit.
B12 dan folat, tiamin
VDRL
SGOT, SGPT, dan bilirubin
Urinalisis
Serum tiroksin dan serum bebas tiroksin
Kalsium dan fosfat
Kreatinin dan BUN
Glukosa
Diagnostik
EEG
EKG
X-Ray
CT Scan
Evaluasi psikiatrik
2. Tingkatkan komunikasi yang mempengaruhi rasa integritas individu
a. Periksa sikap-sikap tentang kekacauan mental (dalam diri, orang terdekat, pemberi asuhan)
Memberi penyuluhan kepada keluarga, orang terdekat, dan pemberi asuhan mengenai situasi dan metoda koping.
b. Pertahankan standar empati, perawatan dengan rasa hormat.
c. Berupaya untuk mendapatkan informasi yang akan memberikan topik-topik yang berguna dan berarti untuk pembicaraan (hal-hal yang disukai, yang tidak disukai, minat, hobi, riwayat pekerjaan). Wawancara di pagi hari.
d. Berikan dorongan pada orang terdekat dan pemberi asuhan untuk bicara lambat dengan suara yang pelan dan pada volume rata-rata (kecuali terdapat defisit pendengaran), seperti pada orang dewasa ke orang lain, kontak mata, dan seperti jika seseorang mengharapkan untuk mengerti.
e. Berikan rasa hormat dan tingkatkan rasa berbagi.
perhatikan pada apa yang sedang dikatakan individu.
Pilih komentar-komentar yang berguna dan lanjutkan berbicara.
Panggil individu dengan namanya dan perkenalkan diri anda setiap kali kontak; gunakan sentuhan bila diterima dengan baik.
Perlihatkan pada individu bahwa anda memperhatikan dan bersahabat (melalui senyum, tindakan yang tenang, humor dan pujian, jangan membantah).
Fokuskan pada perasaan yang terdapat dibalik kata-kata atau tindakan.
f. Gunakan bantuan memori, bila sesuai.
3. Berikan asupan sensori yang mencukupi dan berarti
a. Pertahankan agar individu tetap terorientasi terhadap tempat dan waktu.
b. Anjurkan keluarga untuk membawa benda-benda yang dikenal dengan baik dari rumah (mis;photo dengan kaca yang tidak memantul, syal)
c. Bicarakan peristiwa-peristiwa terbaru .
4. Jangan menyokong kekacauan mental individu.
5. Cegah cedera pada individu.
6. Tingkatkan keamanan klien.
7. Jangan anjurkan penggunaan restrein, eksplorasi alternatif lain.
a. Evaluasi apakah kegelisahan individu berhubungan dengan nyeri, jika digunakan analgesik sesuaikan dosisnya.
b. Buatkan daftar dari keluarga atau teman-teman untuk mengawasi inividu selama periode kekacauan mental.

demikian yang dapat kami jelaskan tentang Diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut mulai dari definisi kekacauan mental akut,faktor yang berhubungan dengan kekacauan mental akut,intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam diagnosa keperawatan kekacauan mental akut,semoga bermanfaat
Continue reading >>

askep glukoma

0 comments
ASUHAN KEPERAWATAN askep pada pasien dengan glukoma
ASUHAN KEPERAWATAN askep pada pasien dengan glukoma
sebelum ke askep asuhan keperawatan glukoma,kita review terlebih dahulu tentang posting terdahulu tentang glukoma,bahwa Penyakit Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata, disebabkan oleh Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary ,- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau    di celah pupil dan berdasarkan lamanya glukoma dapat diidentifikasi sebagai glukoma akut dan glukoma kronik, sekarang kita menginjak ke askep asuhan keperawatan glukoma

pada askep asuhan keperawatan pada pasien glukoma dimulai dari pengkajian keperawatan askep glukoma

1). Pengkajian keperawatan askep glukoma

a) Aktivitas / Istirahat    :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi  sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / Cairan        :
Mual, muntah (glaukoma akut)

c) Neurosensori        :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda            :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d) Nyeri / Kenyamanan    :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, Diabetes mellitus, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

Pemeriksaan Diagnostik pada pasien glukoma

(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan    :    Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi    :  Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi    :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif        :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED    :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa    :menentukan adanya DM.

Diagnosa Keperawatan glukoma Dan Intervensi keperawatan glukoma

a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan    : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
ekspresi wajah rileks
Intervensi :
kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan     : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
    Intervensi       :
Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
   Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun   sampai tingkat  dapat diatasi.
Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi    :
Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan                          kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan                    pengobatan.
Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi    :
Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,                       
Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Izinkan pasien mengulang tindakan.
Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan                  (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
      jantung tak teratur dll.
Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men                 dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan                berserat.
Tekankan pemeriksaan rutin.
Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda                  glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

6. Brunner & Suddart.  Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

demikian askep asuhan keperawatan pada pasien glukoma mulai dari pengkajian keperawatan pada pasien glukoma,pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada pasien glukoma serta diagnosa keperawatan pada pasien glukoma
Continue reading >>

Seperti ini penyakit glukoma

0 comments
Penyakit Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata,klasifikasi Glaukoma primer ,glukoma sekunder,glukoma kongenital
MENGENAL PENYAKIT MATA GLUKOMA

A. DEFINISI GLUKOMA

.(Sidarta Ilyas,2000).
penyakit Glukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI PENYAKIT GLUKOMA

Penyakit glukoma yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
-  Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau    di celah pupil

C. KLASIFIKASI PENYAKIT GLUKOMA

1. Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka
      Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
      Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
bedah
3. Glaukoma kongenital
Primer atau infantil
Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi  glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
    Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
 
Berdasarkan  lamanya :
1.  GLUKOMA AKUT
a. Definisi
      Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
      Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi Penyakit glukoma
      Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah       belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
      Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.



2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi glukoma kronik
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

patway glukoma


jadi dapat disimpulkan bahwa Penyakit Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata, disebabkan oleh Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau    di celah pupil dan berdasarkan lamanya glukoma dapat diidentifikasi sebagai glukoma akut dan glukoma kronik,semoga bermanfaat

Continue reading >>

Pengertian ikterus,batasan serta penyebab ikterus

0 comments
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ,Ikterus pada neonatus,Ikterus Fisiologis Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia Kern Ikterus

Pengertian Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5 mg/dL  (Cloherty,  2004). Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total

Batasan-Batasan Ikterus

1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut  (Hanifa, 1987): 
Timbul pada hari kedua-ketiga
Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia  bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

Etiologi / Penyebab Ikterus pada neonatus

1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian  golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup  misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan  metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
Kurangnya  Enzim Glukoronil  Transeferase , sehingga  kadar Bilirubin Indirek  meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan  misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme  atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati  dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi  yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

demikian tentang Pengertian ikterus,batasan batasan ikterus / jenis ikterus yang tidak selamanya merupakan patologis yang terdiri dari Ikterus Fisiologis, Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia,dan Kern Ikterus yang suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak serta penyebab ikterus diantaranya peningkatan produksi bilirubin,gangguan transportasi seperti hipo albuminemia, gangguan fungsi hati,gangguan ekskresi dan pengingkatan sirkulasi enterhepatik, semoga apa yang kami sampaikan diatas tentang Pengertian ikterus,batasan serta penyebab ikterus dapat bermanfaat




Continue reading >>

ABLASIO RETINA adalah

0 comments

PENGERTIAN ABLASIO RETINA

mengetahui PENGERTIAN ABLASIO RETINA,PENYEBAB ABLASIO RETINA dan PENGOBATAN ABLASIO RETINA serta KOMPLIKASI ABLASIO RETINA
Ablasio retina adalah pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen  retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

PENYEBAB ABLASIO RETINA

a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
           (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

MANIFESTASI KLINIS ABLASIO RETINA

  • Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
  • Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
  • Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
  • Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral menunjukkan bahwa adanya keterlibatan makula


PENGOBATAN ABLASIO RETINA


  • Tirah baring dan aktivitas dibatasi
  • Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
  • Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
  • Pasien tidak boleh terbaring terlentang
  • Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Cara Pengobatan ablasio retina:
Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan.
    (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

KOMPLIKASI ABLASIO RETINA

a. Komplikasi awal setelah pembedahan
b. Komplikasi lanjut
  • Infeksi
  • Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
  • Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
  • Diplopia
  • Kesalahan refraksi
  • astigmatisme
pathway ablasio retina

DAFTAR PUSTAKA 
C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. jakarta

demikian yang dapat kami sampaikan tentang mengetahui PENGERTIAN ABLASIO RETINA,PENYEBAB ABLASIO RETINA dan PENGOBATAN ABLASIO RETINA serta KOMPLIKASI ABLASIO RETINA, semoga bermanfaat
Continue reading >>

Bagaimana Perumusan rencana perawatan keluarga?

0 comments
Perumusan rencana perawatan keluarga
Perumusan rencana perawatan keluarga adalah tahap yang berikutnya dalam proses keperawatan keluarga sesudah pengkajian dikerjakan dan masalah kesehatan/keperawatan keluarga telah diidentifikasi dan disusun menurut prioritasnya.


Definisi rencana perawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan guna memecahkan masalah kesehatan dan masalah perawatan yang telah diidentifikasi.


Ciri Ciri Rencana Perawatan keluarga
Ciri-ciri rencana perawatan keluarga berasal dari dan berhubungan dengan konsep perencanaan sebagai suatu proses :
1. Rencana perawatan berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi. Rencana itu sendiri adalah pedoman untuk melakukan tindakan (keperawatan dan kolaboratif) yang intinya adalah pendekatan-pendekatan, strategi, kegiatan-kegiatan, cara-cara, bahan-bahan, dimana perawat bersama dengan keluarga asuhan mengharapkan dapat merubah masalah atau situasi.
2. Rencana perawatan adalah hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari, tidak hanya didasarkan oleh dorongan hati tanpa proses pemikiran. Proses perencanaan mempunyai sifat logis, dimana data-data yang berkaitan dikumpulkan guna memperoleh keputusan yang masuk akal.
3. Rencana perawatan menggunakan kejadian-kejadian masa lampau maupun yang sekarang untuk menentukan arah asuhan keperawatan, karena rencana perawatan berhubungan dengan masa yang akan datang.
4. Rencana perawatan berputar pada masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi, karena masalah-masalah tersebut merupakan titik pangkal untuk rencana dan dasar perumusan tujuan perawatan dan tindakan-tindakan keperawatan.
5. Rencana perawatan merupakan jalan untuk mencapai tujuan (memberikan perawatan yang tepat.
6. Rencana perawatan adalah suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus.

Kualitas Rencana Perawatan keluarga
Kualitas rencana perawatan keluarga sangat tergantung kepada :
1. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisis yang menyeluruh tentang masalah situasi dalam keluarga
2. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan
3. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan
4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam :
- menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga
- menentukan prioritas masalah
- memilih tindakan yang tepat
- melaksanakan tindakan
- penilaian hasil tindakan
5. Dibuat secara tertulis.

Pentingnya Membuat Rencana Perawatan keluarga:
1. Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat mempermudah penyampaian perawatan yang tepat dengan memperhatikan keunikan klien penerima askep
2. Membantu dalam menentukan prioritas dengan memberikan data-data tentang keadaan dan sifat masalah
3. Mengembangkan komunikasi yang sistematis antara tenaga kesehatan yang bersangkutan
4. Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan
5. Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian informasi kepada tim kesehatan lainnya tentang tindakan yang dikerjakan oleh perawat.
Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan yang lebih terinci tentang hasil keperawatan. Tujuan keperawatan akan menentukan kriteria yang diapakai untuk menilai keberhasilan keperawatan.
Bila dilihat dari sudut perhatian, tujuan perawatan dibagi menjadi :
- yang berorientasi pada perawat, yaitu tujuan yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perawat.
- yang berorientasi pada pasien, yaitu tujuan dinyatakan dari pihak penerima pasien/keluarga, baik secara fisik, mental dan perilaku

Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal tersebut di bawah ini :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :
- memberikan informasi
- mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
- mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
- mengidentifikasi konsekuensi “tidak melakukan tindakan”
- mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga
- mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
- mendemosntrasikan cara perawatan
- menggunakan alat dan fasilitas yang ada di dalam rumah
- mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
- menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan oleh keluarga
- melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :
- menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
- membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan :
1. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui :
- memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan
- membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
- mengkaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga
- mengembangkan sifat positif dalam keluarga
2. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan :
- merundingkan bersama keluarga mengenai akibat-akibat apabila mereka tidak mengambil tindakan
- mengenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat dipilih dan sumber-sumber yang perlukan        dalam melakukan tindakan keperawatan
- merundingkan bersama keluarga tentang akibat dari tindakan atau kemungkinan efek samping      yang  mungkin timbul.
3. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat :
- memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
- mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan kepribadian para anggota keluarga
- membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah
- mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling pengertian yang mendalam
- membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarganya
- mencegah rintangan-rintangan dalam mengadakan rujukan
- perawat harus memperluas pengetahuannya tantang sumber-sumber daya yang ada di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya.
Tersedianya sumber-sumber juga mempengaruhi keputusan perawat dalam memilih tindakan keperawatan.

(baca juga tahap pelaksanaan keperawatan keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga)

Terdapat 3 macam sumber yang dapat dipertimbangkan dalam perumusan rencana keperawatan keluarga:
1. Sumber-sumber yang terdapat dalam keluarga :
- kekuatan fisik dan psikososial dari tiap anggota keluarga
- kemampuan finansial
- fasilitas-fasilitas fisik
- adanya sokongan dari sanak saudara atau kelompok-kelompok yang lain
2. Sumber-sumber yang ada dalam perawat :
pengetahuan mengenai masalah-masalah kesehatan keluarga dan ketrampilannya dalam membantu  keluarga mengatasi masalah-masalah tersebut. Diperlukan pengetahuan yang luas mulai perawatan yang paling sederhana sampai ke tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang rumit tentang perilaku yang tidak normal (misalnya ketidakcocokan hidup antar anggota keluarga yang tidak sehat).
tersedianya waktu dan dukungan
3. Sumber-sumber yang terdapat dalam masyarakat :
- instansi-instansi kesehatan
- adanya program atau kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesehatan
- organisasi-organisasi kesehatan.
Pilihan tindakan keperawatan yang tepat serta cara kontak antar perawat-keluarga (kunjungan rumah, pertemuan di Puskesmas, pendekatan secara kelompok, dsb), banyak bergantung kepada sifat masalah keluarga dan sumber-sumber yang ada.

demikian Perumusan rencana perawatan keluarga dengan tahapan perencanaan keluarga, ciri ciri rencana keperawatan keluarga,kualitas rencana keperawatan keluarga beserta sumber sumber dalam rencana keperawatan keluarga
Continue reading >>

TAHAP PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

0 comments
pelaksanaan keperawatan keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga
Bahasan kali ini tentang tahap pelaksanaan keperawatan keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga,Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.

TAHAP PELAKSANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah:
1. Kurangnya pengetahuan dalam bidang kesehatan
2. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
3. Tidak mau menghadapi situasi
4. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat
5. Adat istiadat yang berlaku
6. Kegagalan dalam mengkaitkan tindakan dengan sasaran
7. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.

Faktor lain yang bersumber dari perawat adalah :
1. Menggunakan pola pendekatan yang tetap (kaku, kurang luwes)
2. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya
3. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga :
1. Sumber daya keluarga (keuangan)
2. Tingkat pendidikan keluarga
3. Adat istiadat yang berlaku
4. Respon dan penerimaan keluarga
5. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

TAHAP EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

Sesuai dengan rencana tindakan keperawatan keluarga yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan keluarga mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Evaluasi keperawatan keluarga disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi keperawatan keluarga dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan.

Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor :
1. Tujuan tidak realistis
2. Tindakan keperawatan yang tidak tepat
3. Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

Dimensi dalam penilaian :
1. Keberhasilan dari tindakan keperawatan keluarga yang diakitkan dengan pencapaian tujuan
2. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk uang, waktu, tanaga dan bahan/peralatan yang diperlukan
3. Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan profesional
4. Kecukupan, menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah semua tindakan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Kriteria dan standar keperawatan keluarga

Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
Standar menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya. Standar akan memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan atau keadaan menunjukkan keberhasilan atau tercapainya tujuan.

Pengukuran Hasil Penilaian
Hasil asuhan keperawatan keluarga dapat diukur dari 3 dimensi :
1. Keadaan fisik, misalnya peningkatan berat badan anak pada anak dengan BB BGM
2. Psikologis dan sikap, misalnya berkembangnya sikap positif keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit setelah sebelumnya sempat ditelantarkan
3. Pengetahuan dan perubahan perilaku, keluarga melaksanakan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan keterbatasan aktivitas.

Alasan Pentingnya Penilaian :
1. Menghentikan tindakan/kegiatan yang tidak berguna
2. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan
3. Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan
4. Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.

Metoda Penilaian
1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga.
2. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan keluarga yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
4. Latihan simulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.

demikian tentang tahap pelaksanaan keperawatan keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga dalam dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga
Continue reading >>

Bagaimana Rencana Asuhan Keperawatan keluarga ?

0 comments

Rencana Asuhan Keperawatan keluarga

rencana asuhan keperawatan keluarga
Effendy (1998: 54), mendefinisikan: rencana asuhan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didefinisikan.

Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab (Suprajitno, 2004:49).

Sedangkan  Friedman (1998:65) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga agar dapat tercapai.

Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada umumnya yaitu biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif, afektif atau perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya.

Tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang (Effendy, 1998:57).

Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain : setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai hipertensi keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan respon verbal keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta perawatan hipertensi. Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara penanganan atau perawatan bagi anggotanya yang menderita hipertensi secara tepat. Sedangkan respon psikomotor, keluarga mampu memberikan perawatan secara tepat dan memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi. Standar evaluasi yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi dan pengobatan hipertensi (Effendy, 1998:57-60).

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan hipertensi adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan menyelesaikan perencanaan perawatan. Seperti pendapat Friedman (1998:67) bahwa:
“....selama pelaksanaan intervensi perawatan, data-data baru secara terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon pada klien, perubahan situasi dan lain-lain) dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi dengan keiuarga dengan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana terhadap perencanaan.”

Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi keluarga dengan masalah hipertensi menurut Doengoes (1999) antara lain mengkaji tekanan darah, menganjurkan kepada keluarga menciptakan lingkungan yang nyaman, segar, bebas polusi pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur dan menghindari stres.

Selain itu juga perlu dikaji pemahaman klien tentang hipertensi kemudian mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi hipertensi). Menganjurkan pada klien agar manghindari makan makanan yang mengandung banyak Natrium (garam/asin). Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku klien dan keluarga, misal kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan anggota keluarga (Doengoes, 1999).

itulah teori tentang rencana asuhan keperawatan keluarga menurut beberapa ahli : Effendy,Suprajitno,Friedman serta Doengoes, semoga apa yang kami sampaikan diatas tentang Rencana Asuhan Keperawatan keluarga dapat bermanfaat
Continue reading >>

Seperti ini proses keperawatan keluarga dalam ilmu keperawatan komunitas

0 comments

Proses Keperawatan Keluarga

proses keperawatan keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1978:2) dalam proses keperawatan keluarga terdapat berbagai bentuk proses keperawatan kesehatan dimana perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit terkecil dan atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagi tujuannya dan melalui perawatan kesehatan sebagai sarananya.

Sedangkan menurut Effendi (1998:46) Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.

Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora & Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan keluarga dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam status kesehatan keluarga.
Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang disusun secara sistematis  untuk menggambarkan perkembangan dari tahap ke tahap.

Menurut Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.

Effendi (1998:45) menambahkan, dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga. 

Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004:29). Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a.1. Pengumpulan data
1)    Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan  tipe keluarga.
Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang salah, pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang negative seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental, ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan yang berlebihan (Indomedia, 2002).

2)    Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a.    Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi sering dijumpai pola makan yang tidak benar seperti mengkosumsi makanan yang banyak mengandung zat pengawet ,makanan yang asin serta emosi yang negatif
b.    Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit hipertensi. Adanya sumber pelayanan kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini karena dapat mencegah timbulnya komplikasi (Rokhaeni,2001:115).
c.    Pengobatan tradisional
Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan tradisional, yaitu minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya di minum pagi dan sore (Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih pengobatan tradisional hipertensi yang benar dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.

3)    Status Sosial Ekonomi
a.    Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir  dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b.    Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.

4)    Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas stres(friedmen, 1998:125).

5)    Aktiftas
aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga.

6)    Data Lingkungan
a.    Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan hipertensi.
b.    Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
c.    Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor pencetus terjadinya hipertensi dimana akan menyebabkan cemas merupakan factor resiko hipertensi

7)    Struktur Keluarga
a.    Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b.    Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam hipertensi.
c.      Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga (Friedman, 1998).


8)    Fungsi Keluarga
a.    Fungsi afektif
    Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b.    Fungsi sosialisasi    .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c.     Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
a)    Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya, salah satunya adalah disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy, 1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali masalah hipertensi yang disertai anggota keluarganya, maka hipertensi akan berakibat terjadinya komplikasi.
b)    Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol (Eendy, 1998:50).
c)    Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya komplikasi, progrfosis, cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam keluarga.
d)    Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah satu media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok bisa menjadi pemicu serangan hipertensi (Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut, keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi.
e)    Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan yang didapat dari fasilitas-fasilitas kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat berperan daiam hal ini, juga saat penderita hipertensi memerlukan pengobatan.
9)    Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. Pada penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur sering diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya kebutuhan istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan hipertensi.
10)    Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi dikarenakan dengan adanya hipertensi dapat terjadi peningkatan tekanan intra kranial yang dapat menyebabkan kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.
11)    Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul adalah dengan mencegah timbulnya stress (Tanjung, 2003).
    
b.     Diagnosa keperawatan
Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan terhadap sistem keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian. Diagnosa keperawatan keluarga di dalamnya termasuk masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
“Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial dan aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat secara legal mengidentifikasi dan untuk itu pula perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah”.

Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli, keluarga merupakan satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan dapat diberlakukan, meskipun demikian, diagnosa keperawatan masih berorientasi pada individu. Diagnosa yang    mungkin muncul dalam keluarga dengan penyakit hipertensi menurut Doenges (2000:152) antara lain nyeri kepala, insomnia, gang perfusi jaringan, penurunan curah jantung, intoleransi aktifitas, nyeri dada dan resti injuri (diplopia).
1)    Prioritas masalah
Menurut Effendy (1998:52) hal-hal yang perlu diperhatikan dala penyusunan prioritas masalah adalah tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga diselesaikan sekaligus, perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kesehatan seperti masalah penyakit.
Mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga yang diberikan, keterlibatan anggota keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan keluarga serta yang tidak kalah pentingya adalah pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
2)    Kriteria prioritas masalah
penyusunann prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, didasarkan pada beberapa kriteria. Menurut Effendy (1998:52-54), kriteria yang menjadi dasar prioritas masalah adalah sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.
Sifat masalah dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, tidak atau kurang sehat, dan krisis.

Dalam menentukan sifat masalah, bobot yang paling besar diberikan pada keadaan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi krisis dalam keluarga di mana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga (Efiendy, 1998:54).

Sedangkan kemungkinan masalah hipertensi dapat diubah, adalah kemungkinan keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah yang berhubungan dengan hipertensi jika dilakukan intervensi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah hipertensi dapat diubah adalah faktor pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah hipertensi, sumber daya keluarga, di antaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.

Selain itu sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan masalah keperawatan serta waktu dan sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti posyandu, polindes, dan sebagainya juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemungkinan masalah hipertensi untuk diubah (Effendy, 1998:54).

Potensial masalah hipertensi untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah berhubungan dengan hipertensi yang timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan, misalnya dengan memberikan informasi tentang hipertensi, cara mencegah terjadinya serta menganjurkan penderita hipertensi untuk memeriksakan kesehatannya ke tempat palayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dan dokter).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah hipertensi adalah kepelikan atau kesulitan masalah hipertensi hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau hipertensi yang dialami oleh keluarga. Kedua perhatikan tindakan yang sudah dan sedang dilaksanakan, yaitu tindakan untuk mencegah dan mengobati masalah hipertensi dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga (Effendy, 1998:54).

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah hipertensi berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah hipertensi. Keadaan ini erat hubungannya dengan beratnya masalah hipertensi pada keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah adanya keiompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah hipertensi (Effendy, 1998:54).

Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah yang berhubungan dengan masalah hipertensi dalam hal berat dan mendesak masalah hipertensi untuk diatasi melalui intervensi keperawatan.

demikian proses keperawatan keluarga dalam ilmu keperawatan komunitas sampai dengan diagnosa keperawatannya, see you next time.....askepdb.blogspot.com
Continue reading >>

Inilah 5 tugas keluarga di bidang Kesehatan

0 comments
Tugas keluarga di bidang Kesehatan
Tugas keluarga di bidang Kesehatan, dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga   
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . seperti kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

Itulah 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan diantaranya adalah mengenal masalah kesehatan keluarga,memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga,merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehaan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan dilingkungan sekitarnya bagi keluarga, semoga bermanfaat





Continue reading >>
 
askepdb.blogspot.com © Copyright 2012. All Rights Reserved.
Created by: George Robinson.
Proudly powered by Blogger.
imagem-logoBack to TOP